Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) adalah nama baru dari perusahaan telekomunikasi yang lahir dari penggabungan Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) pada tanggal 4 Januari 2022. Perusahaan ini menjadi operator seluler terbesar kedua di Indonesia setelah Telkomsel, dengan jumlah pelanggan mencapai lebih dari 100 juta. Namun, tahukah Anda siapa pemilik Indosat saat ini dan bagaimana sejarahnya sejak didirikan hingga merger dengan Tri?
Awal Mula Indosat
Indosat (singkatan dari Indonesian Satellite Corporation) didirikan pada 10 November 1967 sebagai salah satu perusahaan penanaman modal asing (PMA) pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telekomunikasi internasional melalui satelit internasional Intelsat. Kelahirannya terjadi saat pemerintah hendak menerapkan teknologi komunikasi satelit di Indonesia, namun terkendala biaya sehingga memberikan kesempatan pengembangannya pada pihak swasta.
Datanglah kemudian International Telephone & Telegraph (ITT), sebuah perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat yang menawarkan pengerjaan proyek tersebut. Kesepakatan ITT dan pemerintah RI kemudian ditandatangani pada 9 Juni 1967, yang berisi perjanjian bahwa perusahaan tersebut akan membangun stasiun bumi. Ketika selesai dibangun, infrastrukturnya akan diserahkan kepada negara, namun ITT akan tetap mengoperasikannya dengan menyewanya dari pemerintah selama 20 tahun dan bekerjasama dengan PN Telekomunikasi.
Saat itu, ITT memiliki saham sebesar 75% di Indosat, sedangkan sisanya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Namun, pada tahun 1971, Presiden Soeharto memutuskan untuk membeli kembali saham ITT seharga US$ 43,6 juta. Dari sini, secara resmi, Indosat milik pemerintah Indonesia.
Perubahan Status dan Nama
Pada tahun 1980, Indosat mengalami perubahan status dari PMA menjadi perusahaan perseroan terbatas (PT) dengan nama PT Indosat (Persero). Pada tahun 1994, Indosat melantai di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) dengan menjual saham sebesar 10% kepada publik. Pada tahun yang sama, Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Saham New York (NYSE).
Pada tahun 2002, pemerintah Indonesia menjual sahamnya sebesar 41,94% di Indosat kepada Singapore Technologies Telemedia (STT), sebuah perusahaan investasi asal Singapura yang berafiliasi dengan Temasek Holdings. Penjualan ini menuai kontroversi karena dianggap merugikan negara dan menyerahkan aset strategis kepada negara tetangga.
Pada tahun 2003, Indosat mengubah statusnya menjadi perusahaan terbuka dengan menghapus embel-embel persero dari namanya. Pada tahun yang sama, Indosat juga melakukan merger dengan dua anak usahanya, yaitu PT Satelindo dan PT IM3. Satelindo adalah operator seluler GSM pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1993. IM3 adalah operator seluler GSM prabayar yang didirikan pada tahun 2001.
Pada tahun 2005, Indosat mengubah logo dan identitas mereknya menjadi lebih modern dan dinamis. Pada tahun 2008, STT menjual sahamnya di Indosat kepada Qatar Telecom (Qtel), sebuah perusahaan telekomunikasi asal Qatar yang kemudian berganti nama menjadi Ooredoo pada tahun 2013.
Pada tahun 2015, Indosat mengubah nama dagangnya menjadi Indosat Ooredoo untuk menyesuaikan dengan induk usahanya. Pada tahun 2019, Indosat Ooredoo meluncurkan logo baru yang lebih sederhana dan elegan.
Merger dengan Tri
Pada tanggal 16 September 2021, Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri) mengumumkan rencana merger usaha mereka. Tri adalah operator seluler GSM yang didirikan pada tahun 2000 oleh Hutchison Asia Telecom Group (HAT), sebuah perusahaan telekomunikasi asal Hong Kong yang merupakan bagian dari CK Hutchison Holdings.
Merger ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional, memperluas jangkauan jaringan, dan meningkatkan daya saing di pasar telekomunikasi Indonesia yang semakin kompetitif. Merger ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelanggan, karyawan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.
Penggabungan usaha ini resmi berlaku pada tanggal 4 Januari 2022 setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) masing-masing perusahaan.
Perusahaan hasil merger ini diberi nama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison) dengan kode saham ISAT di Bursa Efek Indonesia (BEI). Struktur pemegang saham perusahaan baru ini adalah sebagai berikut:
- Ooredoo Hutchison Asia (OHA), sebuah perusahaan patungan antara Ooredoo dan HAT, memiliki saham sebesar 65,6%.
- PT Tiga Telekomunikasi Indonesia, sebuah perusahaan patungan antara Trinugraha Thohir dan Northstar Group, memiliki saham sebesar 10,8%.
- Pemerintah Indonesia melalui PT Perusahaan Pengelola Aset memiliki saham sebesar 9,6%.
- Publik memiliki saham sebesar 14%.
Indosat Ooredoo Hutchison dipimpin oleh Vikram Sinha sebagai Direktur Utama. Perusahaan ini menawarkan layanan komunikasi untuk pengguna telepon genggam dengan pilihan prabayar maupun pascabayar dengan merek IM3 dan 3, ditambah jasa-jasa lainnya seperti saluran internet melalui media serat optik dengan merek Indosat HiFi; saluran komunikasi via suara untuk telepon tetap; serta layanan multimedia dan komunikasi data.
Demikianlah sejarah Indosat dari masa ke masa. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui lebih banyak tentang perusahaan telekomunikasi yang telah berkiprah selama lebih dari 50 tahun di Indonesia ini.
.