Saat kita membicarakan tentang perbatasan, biasanya yang terlintas dalam pikiran adalah garis yang memisahkan dua negara. Namun, ada fenomena unik di dunia ini yang disebut dengan ‘tri point’, yaitu titik di mana tiga negara bertemu. Fenomena ini tidak hanya menarik dari segi geografis, tetapi juga memiliki banyak cerita dan sejarah di baliknya.
Salah satu ‘tri point’ yang paling terkenal adalah Treriksröset, yang merupakan titik pertemuan antara Norwegia, Swedia, dan Finlandia. Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik karena pengunjung dapat berdiri di tiga negara secara bersamaan.
Di Asia, kita memiliki ‘Tripoint of Golden Triangle’ yang terletak di antara Thailand, Laos, dan Myanmar. Kawasan ini dikenal dengan sejarah perdagangan opiumnya yang kelam dan kini telah bertransformasi menjadi area wisata dengan pemandangan alam yang memukau.
Setiap ‘tri point’ memiliki ceritanya sendiri, mulai dari konflik perbatasan hingga kerjasama antarnegara dalam pengelolaan sumber daya alam. Fenomena ini mengajarkan kita bahwa batas-batas negara adalah buatan manusia dan alam tidak mengenal pembatasan seperti itu.
Dalam konteks Indonesia sendiri, kita memiliki beberapa ‘tri point’ yang menarik untuk diketahui. Misalnya, titik temu antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei di Pulau Sebatik. Kawasan ini memiliki keunikan tersendiri karena masyarakat di sana dapat dengan bebas berinteraksi antar negara tanpa hambatan yang signifikan.
Mempelajari tentang ‘tri point’ membuka wawasan kita tentang bagaimana batas-batas geografis dibentuk dan bagaimana interaksi antar negara dapat terjadi di titik-titik unik seperti ini. Ini adalah bukti bahwa dunia kita ini saling terhubung dan tidak ada yang benar-benar terpisah.