Siapa yang Jual Indosat? Sejarah dan Alasan di Balik Divestasi

Pasha Pratama

Indosat adalah salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1967. Awalnya, Indosat didirikan sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA) yang menyediakan layanan telekomunikasi internasional di Indonesia. Namun, pada tahun 1980, pemerintah Indonesia mengakuisisi saham Indosat untuk mendukung program satelit Orde Baru.

Indosat kemudian menjadi BUMN dan melantai di bursa efek pada tahun 1994. Indosat juga pernah menjadi salah satu pemilik Telkomsel, operator seluler terbesar di Indonesia, sebelum menjual sahamnya kepada Telkom pada tahun 1997. Indosat kemudian mengembangkan layanan selulernya sendiri dengan mengakuisisi Satelindo dan mendirikan IM3.

Namun, pada tahun 2002, pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual sebagian besar saham Indosat kepada perusahaan asing. Keputusan ini diambil saat Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi dan keuangan yang berdampak pada defisit anggaran negara. Pemerintah saat itu, yang dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, membutuhkan dana segar untuk menutup defisit dan membayar utang.

Setelah melalui proses tender yang cukup alot, pemenang divestasi saham Indosat adalah Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (ST Telemedia), sebuah perusahaan investasi yang dimiliki oleh Temasek Holdings, yaitu perusahaan milik pemerintah Singapura. ST Telemedia berhasil mengalahkan pesaingnya, yaitu Maxis Communications dari Malaysia dan Etisalat dari Uni Emirat Arab.

ST Telemedia membeli 41,94% saham Indosat dengan harga 1,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp18 triliun (kurs saat itu). Transaksi ini menimbulkan kontroversi dan kritik dari berbagai pihak, terutama karena dianggap menjual aset strategis negara kepada negara tetangga yang dianggap sebagai rival ekonomi Indonesia. Beberapa pihak juga menilai harga jual saham Indosat terlalu murah dan merugikan negara.

Namun, pemerintah saat itu membela keputusannya dengan mengatakan bahwa divestasi saham Indosat adalah langkah terbaik untuk menyelamatkan kondisi keuangan negara yang sedang sulit. Pemerintah juga menjamin bahwa divestasi tidak akan mengganggu kedaulatan dan keamanan nasional karena pemerintah masih memiliki hak veto atas kebijakan strategis Indosat. Selain itu, pemerintah juga berharap divestasi dapat meningkatkan kinerja dan layanan Indosat dengan masuknya modal dan teknologi baru dari pemegang saham baru.

Setelah menjadi pemegang saham mayoritas Indosat, ST Telemedia kemudian menjual sebagian sahamnya kepada Ooredoo QPSC (Ooredoo), sebuah perusahaan telekomunikasi asal Qatar, pada tahun 2007. Ooredoo kemudian meningkatkan kepemilikannya menjadi 65% pada tahun 2013 dan mengubah nama Indosat menjadi Indosat Ooredoo pada tahun 2015.

Saat ini, Indosat Ooredoo masih menjadi salah satu operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 60 juta pelanggan. Namun, kinerja keuangan Indosat Ooredoo juga mengalami pasang surut dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019, Indosat Ooredoo mencatat kerugian bersih sebesar Rp2,4 triliun. Pada tahun 2020, Indosat Ooredoo berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp1,5 triliun berkat penjualan aset menara telekomunikasi senilai Rp6,4 triliun. Namun, pada kuartal I-2021, Indosat Ooredoo kembali merugi sebesar Rp191 miliar.

Indosat Ooredoo juga sedang menghadapi persaingan ketat dengan operator lain, terutama Telkomsel yang masih mendominasi pasar. Untuk meningkatkan daya saingnya, Indosat Ooredoo berencana untuk bergabung dengan operator lain, yaitu Hutchison 3 Indonesia (Tri Indonesia), yang merupakan anak perusahaan dari CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison), sebuah konglomerat asal Hong Kong.

Penggabungan bisnis antara Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia telah diumumkan secara resmi pada September 2021. Perusahaan gabungan akan bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison) dan akan dikendalikan secara bersama-sama oleh Ooredoo Group dan CK Hutchison. Penggabungan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, sinergi, dan skala ekonomi bagi kedua perusahaan, serta memberikan layanan yang lebih baik bagi pelanggan.

Demikianlah sejarah dan alasan di balik divestasi saham Indosat yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Meskipun divestasi telah menimbulkan pro dan kontra, namun Indosat tetap menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi yang berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan Indonesia.

Also Read

Bagikan:

Ads - Before Footer